Artikel Nutrisi ternak

About Me

Nama: prambudi
Lokasi: Sidoarjo, East Java, Indonesia
About Me: Lahir Di Solo, Alumnus Nutrisi Ternak IPB 34(1997-2001). Menyukai tantangan dan Sedikit tahu tentang Poultry bussiness dan Nutrition. Hobi otak-atik blogger.
See my complete profile

di My YM!

Last posting

Lorong Religi

Demi masa, sesungguh manusia dalam kerugian kecuali yang berbuat kebaikan dan beramal sholeh

Links

  • AnimalNutrition (Versi Eng)
  • Info Beasiswa di Indonesia
  • Fakultas Peternakan IPB
  • Google:Search Engine
  • Yahoo Indo Mail
  • All Friends

    Forum Diskusi

    Maturnuwun... telah berkunjung

    My Gallery

  • Journey to Lexington & Brasil (Alltech Trip)
  • INMT 1997/34 (need update)
  • My Files

    My Fav Team ELP

    Official Website MU --Entry now--

    free Commercial

    Sementara khusus SBY dan sekitar

    My Files

    Tuesday, February 06, 2007

    Jagung, Ethanol & DDGS

    Jagung, Ethanol & DDGS :
    Peluang dan Tantangan Industri Pakan Indonesia 2007

    1.Jagung & Ethanol vs Feedmill

    Seiring pergantian tahun 2007 terhembus issue-isue yang kedepannya pasti akan membawa dampak pada perkembangan dunia perunggasan, walaupun demikian tahun 2007 ini pasti masih tetap memberikan harapan, peluang dan tantangan bagi kita bersama. Dipenghujung tahun 2006 peternak sudah harus menghadapi masalah yang cukup berat yaitu dengan adanya kenaikan harga pakan. Selang beberapa lama kemudian bertambah maraknya issue-isue seputar Flu burung menyebabkan harga produk unggas jatuh pada level yang sangat rendah.

    Dari hari ke hari harga pakan bukannya menurun akan tetapi malah semakin melesat naik sedangkan harga produk masih dalam kondisi stagnan bahkan cenderung turun, sehingga hal ini menyebabkan banyak peternak yang merugi. Salah satu fakor yang menyebabkan kenaikan harga pakan adalah adanya kenaikan harga-harga bahan baku pakan, terutama harga jagung. Jagung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pakan unggas.

    Pada waktu 3 – 5 tahun yang lalu produksi jagung dunia masih didominasi untuk pemenuhan kebutuhan feed dan Food yaitu kurang lebih 80% dari total produksi jagung dan kebutuhan untuk non food masih cukup rendah berkisar 6 – 7%. Akan tetapi memasuki 2-3 tahun terakhir ini kebutuhan jagung untuk industri (non food/feed) semakin meningkat dari 6% menjadi 21% sehingga konsekuensinya stock untuk industri feed ataupun food berkurang hingga level 20% menjadi 60%.

    Wacana penggunaan jagung untuk menghasilkan ethanol sebagai bahan bakar alternative semakin kuat tersebar keseluruh dunia, salah satu Negara yang sudah memulai program produksi bahan bakar yang renewable ini adalah USA. USA juga merupakan salah satu negara pemasok jagung dunia. Menurut renewable fuel association USA, Saat ini hampir 97 pabrik ethanol telah berdiri di USA, serta ada 62 pabrik masih dalam proses pendirian dan sisanya 135 masih dalam bentuk proposal pendirian. Saat ini di USA mampu memproduksi ethanol 5.08 milyar gallon. Apabila ditambah dengan pabrik-pabrik baru yang sedang didirikan maka dapat diprediksikan kapasitas produksi ethanol di USA mendatang mampu mencapai angka diatas 8.7 milyar gallons atau ekivalen dengan 32.8 milyar liter.Menurut Kelly Davis dari CVEC Benson menjelaskan untuk 1 bushel atau kurang lebih 25.4 kg jagung menghasilkan 10.2 liter ethanol, 8.2 kg DDGS dan 8.2 kg gas CO2. Sehingga dengan angka-angka diatas dapat diperhitungkan berapa jagung yang akan dipakai untuk produksi ethanol di USA, yaitu kurang lebih mencapai angka sebesar 81.8 juta MT/tahun.

    Dengan kondisi yang sedemikian rupa maka tentunya akan menyebabkan kenaikan harga jagung di pasar dunia, yang tentunya juga akan berakibat naiknya harga jagung di pasar local. Dan kenaikan harga ini terus akan berlanjut sampai terjadi keseimbangan lagi antara permintaan jagung untuk ethanol dengan produksi jagung dunia maupun dalam negeri.

    Seiring hal tersebut diatas memunculkan peluang dan tantangan baru bagi dunia feedmiller, para praktisi feedmiller harus bisa berupaya mencari alternative bahan baku pengganti jagung serta harus mampu memanfaatkan by-product industri ethanol tersebut. Dari data diatas maka dapat diprediksikan akan tersedia US Corn-DDGS dipasar dunia kurang lebih berkisar 26,4 juta MT/tahun atau kurang lebih 224% dari jumlah US DDGS yang terjual dipasar Asia pada tahun 2004 yaitu 117 ribu MT.

    Dengan adanya kenaikan harga jagung tentunya juga akan mendorong kenaikan harga bahan subtitusui jagung seperti pollard, dedak padi, corn bran maupun cerealia yang lain sebagai bahan sumber energi. Sehingga lebih jauh lagi hal tersebut akan juga mendorong kenaikan harga CPO yang digunakan sebagai bahan pelengkap sebagai sumber energi. Dengan demikian maka praktisi feedmiller mau tidak mau harus memakai Corn-DDGS sebagai bahan baku pakan.

    2. Sekilas tentang Corn-DDGS.

    Corn - DDGS atau Corn Distillers Dried Grains with Soluble adalah limbah fermentasi dan distilasi jagung menjadi ethanol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar bagan produksi jagung menjadi ethanol dan DDGS.

    Photobucket - Video and Image Hosting
    Bagan Proses Jagung menjadi Ethanol
    Sumber :Tangendjaja,2006

    Dari gambar bagan produksi terlihat bahwa untuk proses jagung menjadi ethanol melalui proses fermentasi, sehingga dapat kita logika bahwa DDGS ini merupakan bahan yang masih kaya dengan protein serta lemak. Dikarenakan pada proses fermentasi seluruh karbohidrat/pati jagung diubah menjadi ethanol dan C02 oleh mikroorganisme. Selain itu DDGS pasti sedikit banyak akan mengandung Protein sel tunggal dari mikroba fermentor.

    Dengan adanya proses enzimatis oleh enzyme bakteri fermentor dalam aktifitas fermentasi jagung maka kemungkinannya bahan ini juga akan kaya dengan phosphor available. Meningkatnya P available di dalam DDGS dimungkinan sebagian besar Phospor yang terikat asam phytat terlepas karena adanya reaksi enzimatis dari enzyme phytase dari mikroba fermentor.

    Menurut analisa DDGS didalam NRC 1998, terbukti DDGS mempunyai kandungan fat/lemak dan protein yang sama-sama tinggi. Akan tetapi kekurangan DDGS ini dikarenakan tingginya kandungan fiber/serat kasar, kemungkinan hal ini disebabkan enzyme-enzymnya bekerja pada starch saja, tidak pada NDF maupun ADF. Hal ini dapat menjadi faktor yang menyebabkan DDGS tidak dianjurkan dipakai dalam jumlah besar, tidak lebih dari 20% pada pakan ayam. Hal ini sedikit berbeda dengan CGM ataupun CGF dimana keduanya tinggi protein tetapai rendah kandungan fat/lemaknya. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan mekanisme prosesnya. Perbandingan nutrient DDGS, CGF dan CGM dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Photobucket - Video and Image Hosting


    3.Summary

    Dengan pemakaian DDGS maka sedikit banyak akan mengurangi pemakaian jagung , DCP, maupun SBM. Akan tetapi dikarenakan fiber atau serat kasarnya terlalu tinggi maka di harapkan pemakaiannya kurang dari 30 % pada formulasi pakan non ruminansia. Kedepannya maka praktisi feedmill dapat menggunakan DDGS sebagai sumber protein dan energi yang cukup murah.

    Info beasiswa Informasi Beasiswa
    My List

    Kumpulan artikel nutrisi ternakAnimal Nutrition

    kumpulan artikel Gizi dan KesehatanNutrition & Human Health

    Kumpulan artikel motovasi & inspirasiMotivation & Inspiration

    Feedmill Direktori

  • PT.Sierad Produce Tbk
  • PT. Japfa Comfeed
  • Charoen Pokhpand Group
  • Evialis Indonesia
  • Cargill
  • PT. CheilJedang Indonesia
  • Wonokoyo Group
  • Malindo
  • Feed aditives Comp.

  • PT. Alltech Indonesia
  • PT. SHS
  • PT. Ima
  • Behnmeyer
  • JJ degussa
  • Evonik Degussa>
  • Nutreco
  • Kesan & Pesan

    Nama :
    Web/Email :
    Tulis Komentar :
    :) :( :D :p :(( :)) :x

    Anda Pengunjung ke:

    Supported by
    Free Blog Templates
    YES JOGJA
    Powered by Blogger
    free Comercial
    © 2006 Prambudi Powered by YES JOGJA, BLOGGER & Doneeh, Original Template Designed by 15n41n1, Last Modified by: Cah Tani Bogor