Artikel Nutrisi ternak

About Me

Nama: prambudi
Lokasi: Sidoarjo, East Java, Indonesia
About Me: Lahir Di Solo, Alumnus Nutrisi Ternak IPB 34(1997-2001). Menyukai tantangan dan Sedikit tahu tentang Poultry bussiness dan Nutrition. Hobi otak-atik blogger.
See my complete profile

di My YM!

Last posting

Lorong Religi

Demi masa, sesungguh manusia dalam kerugian kecuali yang berbuat kebaikan dan beramal sholeh

Links

  • AnimalNutrition (Versi Eng)
  • Info Beasiswa di Indonesia
  • Fakultas Peternakan IPB
  • Google:Search Engine
  • Yahoo Indo Mail
  • All Friends

    Forum Diskusi

    Maturnuwun... telah berkunjung

    My Gallery

  • Journey to Lexington & Brasil (Alltech Trip)
  • INMT 1997/34 (need update)
  • My Files

    My Fav Team ELP

    Official Website MU --Entry now--

    free Commercial

    Sementara khusus SBY dan sekitar

    My Files

    Wednesday, August 09, 2006

    MYCOTOXIN : BAHAYA LATEN DI FARM


    Apabila terjadi kegagalan pencapaian hasil produksi telur maupun daging yang optimal maka pakan-lah yang sering dianggap sebagai penyebab utamanya. Apakah semua itu benar ?? Banyak faktor yang berpengaruh pada usaha peternakan di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia, yang notabene beriklim panas (hot climate) dengan kelembaban (Rh) yang tinggi serta mempunyai dua musim. Kondisi tersebut merupakan zona yang cukup ideal bagi pertumbuhan jamur, yang dapat menyerang pada pakan jadi maupun bahan-bahan pakan.


    Ancaman mycotoxin !!


    Mycotoxin kadang kala menjadi bahaya laten disetiap farm yang berada di daerah tropis, karena racun ini dapat menyebabkan serangan atau gangguan kesehatan (disorder) pada ternak yang dapat berujung pada kematian yang dikenal sebagai mycotoxicosis. Kurang baiknya manajemen penyimpanan bahan pakan maupun pakan jadi, menyebabkan terjadinya invasi mycotoxin pada sebuah farm. Sehingga apabila suatu farm telah terinvasi oleh mycotoxin maka jangan diharapkan produksi optimal akan tercapai.


    Mycotoxin merupakan zat beracun yang dihasilkan dari suatu spesies jamur. Saat ini ada beberapa spesies jamur yang memproduksi mycotoxin seperti Aspergillus sp , Penicilium sp , dan Fusarium sp. Biasanya jamur-jamur tersebut tumbuh pada hasil-hasil pertanian yang tidak mendapat penanganan yang baik pada pasca panen. Untuk wilayah kita komoditi Jagung, gaplek serta dedak merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur-jamur tersebut. Dan alangkah ironisnya kesemuanya itu merupakan bahan yang dipakai dalam pakan campuran konsentrat.

    Secara umum mycotoxin yang dihasilkan oleh species Aspergillus yaitu CPA, Aflatoxin B1, B2, G1, G2 , dan Ochratoxin A. Species Penicillum memproduksi Ochratoxin, Patulin dan Citrin. Sedangkan species fusarium memproduksi Fumonisins, Zearalenone, T-2 dan DAS (Devegowda dalam Diaz, 2005).

    Sampai saat ini ada beberapa mycotoxin yang sudah teridentifikasi di Indonesia yaitu AFB1, ZEN, DON dan CPA (Litbang Pertanian, 2001) dan dipertegas oleh Devegowda (2005) bahwa hampir 81% sample dari feedmill yang ada terkontaminasi oleh CPA. Keberadaan CPA ini merupakan ancaman bagi saluran pencernaan unggas.

    Setiap mycotoxin mempunyai efek negatif pada target organ yang berbeda-beda, misalnya Aflatoxin menyebabkan kerusakan pada hati sedangkan Ochratoxin A menyebabkan kerusakan pada ginjal ternak. Secara umum serangan mycotoxin pada ternak unggas mengakibatkan :


    1. Terjadi immunosuppresion (dikarenakan ada kelainan tymus dan bursa fabricus sebagai pabrik antibody)
    2. Penurunan Feed Intake
    3. Produksi telur akan terganggu serta turunnya hatchability
    4. Pertumbuhan bobot badan (PBB) yang rendah
    5. FCR tinggi
    6. Terjadi wet dropping
    7. Penurunan pigmentasi kulit
    8. Terjadi kelainan organ dalam seperti gizzard , hati dan ginjal.
    9. Peningkatan mortality


    Diantara beberapa akibat diatas, ada satu yang benar-benar harus kita cermati yaitu terjadinya imunosuppression. Apabila ini telah terjadi maka dapat diprediksikan bahwa di farm tersebut akan terjadi invasi dari virus/bakteri pathogenic. Dengan terjadinya penurunan daya tahan tubuh (immune), maka ternak tersebut akan lebih mudah terinfeksi virus/bakteri yang gejalanya lebih jelas daripada faktor primernya (mycotoxin).


    Masing-masing ternak mempunyai daya tahan yang berbeda-beda terhadap kontaminasi mycotoxin dalam pakan. Dengan kata lain apabila kandungan mycotoxin didalam pakan masih dalam batas ambang aman, maka ternak tersebut masih bisa bertahan, tidak mengalami kematian hanya terganggu proses-proses metabolismenya dan apabila kandungan mycotoxin telah melebihi batas ambang aman maka ternak tersebut mulai menampakkan gejala-gejala mycotoxicosis tersebut diatas. Menurut BASF, 1998 menyebutkan bahwa ayam broiler mampu mentoleransi aflatoxin sebesar 0.010 ppm (10 ppb) sedangkan ayam layer mampu sampai dengan 0.02 ppm (20 ppb). Dan menurut Romindo, 2004, untuk semua unggas muda masih bisa bertahan terhadap kontaminasi Aflatoxin sampai dengan 0.05 ppm (50 ppb), untuk unggas dewasa sampai dengan 0.10 ppm (100 ppb).



    Tindakan Pencegahan agar farm aman dari mycotoxin


    Untuk menghindari terjadinya kontaminasi jamur pada bahan pakan dan pakan jadi maka perlu :

    1.Memperbaiki manajemen pengadaan bahan baku misalnya selektif dalam memilih bahan baku dengan jalan memperhatikan fisik dari bahan tersebut (keseragaman tekstur, kadar air (max 17%), bau dan warna).

    2. Memperbaiki manajemen penyimpanan bahan meliputi dari perbaikan sistem ventilasi gudang, cara penumpukan bahan, pemakaian pallet sebagai alas. Secara umum perbaikan manajemen bertujuan agar sirkulasi udara lancar, menurunkan temperature dan Rh gudang serta meminimalkan proses respirasi dari bahan-bahan yang disimpan.

    3.Pengaturan jadwal pest control (fumigasi) yang teratur, Keterlambatan penjadwalan fumigasi menyebabkan terjadinya infasi dari serangga yang akan merusak biji sehingga memudahkan jamur berkembang pada media biji rusak tersebut.

    4.Untuk menjaga kualitas bahan pakan/pakan jadi tetap baik maka perlu dilakukan penambahan mold inhibitor untuk menekan pertumbuhan jamur yang dapat menghasilkan mycotoxin dan selalu menjaga kebersihan tempat pakan.

    5. Apabila kondisi lingkungan sedang tidak baik (sulit mendapatkan bahan baku dengan kualitas baik) maka perlu dilakukan penambahan mycotoxin binder pada pakan yang akan diberikan terutama untuk ternak layer yang mempunyai umur hidup yang cukup panjang. Mycotoxin binder merupakan imbuhan pakan yang dapat mengikat mycotoxin didalam saluran pencernaan ayam dan membuangnya melalui feces.

    6. Jika menggunakan complete feed (pakan jadi) maka disarankan untuk memilih pabrikan pakan yang telah menggunakan mold inhibitor dan mycotoxin binder untuk menjamin stabilitas dan keamanan penghuni farm.

    Referensi

    :*BASF, 1998. Mycotoxin Development and tolerance in Animals. Paper Keeping Current.
    *Devegowda,G & T.N.K Murthy in Diaz, D.E., 2005. Mycotoxin: Their effect s in Poultry and Some Practical Solutions. The Mycotoxin Blue Book. Nottingham Univ. Press
    *Litbang Pertanian, 2001. didalam Juurnal Litbang Pertanian 20(2). Bogor*Romindo, 2004. Mycotoksikosis dan Cara Penanggulangannya. Jakarta


    Kembali ke Homepage

    Info beasiswa Informasi Beasiswa
    My List

    Kumpulan artikel nutrisi ternakAnimal Nutrition

    kumpulan artikel Gizi dan KesehatanNutrition & Human Health

    Kumpulan artikel motovasi & inspirasiMotivation & Inspiration

    Feedmill Direktori

  • PT.Sierad Produce Tbk
  • PT. Japfa Comfeed
  • Charoen Pokhpand Group
  • Evialis Indonesia
  • Cargill
  • PT. CheilJedang Indonesia
  • Wonokoyo Group
  • Malindo
  • Feed aditives Comp.

  • PT. Alltech Indonesia
  • PT. SHS
  • PT. Ima
  • Behnmeyer
  • JJ degussa
  • Evonik Degussa>
  • Nutreco
  • Kesan & Pesan

    Nama :
    Web/Email :
    Tulis Komentar :
    :) :( :D :p :(( :)) :x

    Anda Pengunjung ke:

    Supported by
    Free Blog Templates
    YES JOGJA
    Powered by Blogger
    free Comercial
    © 2006 Prambudi Powered by YES JOGJA, BLOGGER & Doneeh, Original Template Designed by 15n41n1, Last Modified by: Cah Tani Bogor